Liburan ke Turki (1)

January 9, 2015 @ 2 Comments

Liburan akhir tahun 2014 sebenarnya tidak terlalu direncanakan. Pada mulanya, sempat galau, apakah mau ke Iceland atau Swedia untuk melihat aurora, atau ke Berlin. Namun ketika melihat harga tiket Transavia (sejenis pesawat LCC) pada akhir November, saya tidak berpikir lama untuk menjatuhkan pilihan.

Eindhoven – Istanbul hanya dijual 135 Euros return. Atau sekali perjalanan adalah 67.5 Euros (sekitar Rp 1 juta) untuk perjalanan kurang lebih 3.5 jam. Murah bukan? Namun penumpang hanya boleh bawa bagasi kabin. Saya memilih membayar lebih untuk bagasi koper seharga 30 Euros untuk 15 kg. Untuk perjalanan 10 hari, saya sudah perkirakan bahwa perlu bagasi lebih.

Faktor lain yang menarik adalah jam take off dan landing masih manusiawi. Dari Eindhoven, 29 Desember 2014, take off jam 3 sore dan sampai di Istanbul jam setengah 8 malam. Kemudian untuk perjalanan pulang, 8 Januari 2015, berangkat dari Istanbul sekitar jam 12.20 waktu Istanbul dan sampai di Eindhoven jam 3 sore. Kadang agak menyiksa jika mendapat jadwal LCC yang sangat pagi atau sangat malam.

Rute perjalanan adalah seperti ini:

29 Desember: menginap di Gaziosmanpasa
30 Desember: Ayasofya, Topkapi, Yerebatan, Sultanahmet, malam Taksim
31 Desember: Bursa (pagi, sore); malam Besiktas, Ortakoy (tahun baru)
1 Januari: Eyyup, Bogaztur, Yeni cami, Sulemaniye, Fatih, Katibim
2 Januari: Edirne, pulang sore, barang titip di teman, pergi ke Konya
3 Januari: ziarah Rumi, Tabrizi, Qunawi, Seljuq empire, malam tarisema
4 Januari: Seljuq empire etc, sore menuju Kapadokia
5 Januari: jelajah Kapadokia, peradaban Anatolia
6 Januari: lanjut Kapadokia, siang ke Kayseri lanjut terbang ke Saiha Gokcen, Istanbul
7 Januari: jalan-jalan, Istanbul
8 Januari: pulang ke Belanda.

Hari itu, 29 Desember 2014, saya datang terlalu cepat di Eindhoven Airport. Masih ada waktu 3 jam sebelum take off dan check in counter belum dibuka. Saya memilih duduk di cafe sambil melihat salju memutih seperti kapas. Suasana airport sangat ramai karena musim liburan musim dingin. Manusia hilir mudik dengan koper, terkadang sambil berlarian menuju check in counter. Dari cafe, saya bisa melihat pesawat take off dan landing bergantian dalam 3 hingga 5 menit. Masih hujan salju diluar, terlihat hujan kapas di airport, walaupun tidak terlalu lebat. Cuaca hari itu masih 1 C, dengan real feel -2 C. Minggu itu memang salju sudah turun di sebagian besar wilayah di Belanda.

Dua jam sebelum keberangkatan, check in counter dibuka. Saya melihat antrian panjang penumpang yang tidak menggunakan fasilitas online check in. Untungnya, sehari sebelumnya, saya sudah online check in dan pegang boarding pass. Memudahkan dan mempercepat proses. Tidak perlu antrian untuk memasukkan bagasi. Ada tiga counter otomatis untuk memasukkan bagasi. Counter otomatis ini adalah penumpang memasukkan sendiri bagasi. Caranya mudah: scan boarding pass, lalu letakkan bagasi untuk ditimbang. Jika timbangan terlalu berat, maka tidak bisa diproses atau penumpang harus membayar kelebihan. Jika timbangan tidak melebihi batas, maka penumpang tinggal tekan touchscreen, lalu muncul bukti yang harus ditempelkan di koper. Sederhana. Untuk yang terbiasa, self automatic check in memang mempercepat. Namun untuk yang pertama kali pasti bikin bingung. Saya sendiri hanya perlu waktu 3 atau 4 menit untuk proses ini.

Begitu proses selesai, saya langsung menuju security counter. Satu hal paling malas untuk saya adalah harus melepas sepatu. Jika tidak melepas sepatu, metal detector pasti berbunyi karena ada bahan metalic di sepatu yang saya pakai. Antrian cukup panjang, perlu waktu sekitar 15 menit untuk keseluruhan proses ini. Nampaknya memang karena musim liburan, peak season.

Masih ada waktu satu jam sebelum take off, saya menyempatkan diri makan siang di dalam airport. Hanya makan coklat dan minum air mineral. Cukup kenyang bagi orang yang malas makan berat. Selesai, saya berjalan ke counter imigrasi karena Istanbul tidak berada di wilayah Schengen. Ada tiga orang antrian. Jika melihat jadwal penerbangan, sebagian akan ke Istanbul dan sebagian ke Dublin (Irlandia). Proses ini hanya perlu waktu kurang dari 5 menit.

Setengah jam sebelum take off, penumpang sudah mulai antri di counter terakhir. Petugas kembali memeriksa identitas dan tiket. Ada sekitar 200 penumpang yang akan terbang ke Istanbul. Sekilas, saya mendengar bahasa Turki. Cukup tahu bahwa itu bahasa Turki, tapi saya sama sekali tidak tahu apa artinya. Jika melihat wajah penumpang, lumayan banyak berwajah Turki ^…^

HV5991

 

Akhirnya, Transavia HV 5991 siap terbang dari Eindhoven ke Istanbul. Perjalanan yang cukup panjang, 3.5 jam terbang tanpa transit. Alhamdulillah, tidak ada hambatan berarti dalam perjalanan ini. Sempat ada was-was, karena beberapa hari sebelumnya ada kejadian Air Asia QZ8501 jatuh di selat Karimata. Alhamdulillah, perjalanan kali ini diberikan kemudahan.

Pesawat mendarat di Istanbul sekitar jam setengah delapan malam. Saya langsung keluar cepat dari pesawat, agar segera bisa keluar dari airport. Ohya, ini airport bukan di Ataturk airport, tapi di Sabiha Gokcen, airport di wilayah Asia. Biasanya LCC memang pakai airport ini. Teorinya, jarak dari Istanbul ke Sabiha Gokcen lebih jauh daripada jarak ke Ataturk.

Diluar prediksi, antrian imigrasi sangat panjaaaaaaaaaannnnnnnnnnngggggggggggg. Ratusan orang mengantri seperti semut rebutan makanan di counter imigrasi. Saya memprediksi ini perlu satu atau dua jam hanya untuk imigrasi. Kenapa kedatangan pertama di Istanbul langsung disambut antrian imigrasi yang panjang ^…^.

Saya coba cek wifi di airport. Berharap ada wifi gratis. Ternyata dugaan saya salah alamat. Ada wifi, namun harus bayar, hahaha

Wah, berarti memang harus menunggu tanpa aktivitas berarti. Tidak ada pilihan lain. Besok saya harus beli simcard Turki untuk keperluan internet. Susah tanpa internet. Walaupun ini adalah liburan, tetap perlu rutin cek email. Banyak aktivitas lain yang bisa dikerjakan dengan internet. Misal, jika terjadi perubahan tiket. Mencari informasi itinerary. Cari info tiket bus, dan lain-lain.

Ada belasan counter imigrasi. Separuh counter untuk Turkish nationality. Separuh untuk non-Turkish nationality. Karena antrian membludak, petugas imigrasi menambah jumlah counter untuk non-Turkish. Beberapa counter untuk Turkish beralih fungsi jadi counter untuk non-Turkish. Alhamdulillah, inisiatif petugas imigrasi cukup mengurangi antrian panjang penumpang.

Perlu satu jam dari pertama antri hingga keluar dari counter imigrasi. Tidak banyak pertanyaan oleh petugas imigrasi. Dia hanya bertanya “Where are you come from?” dan ” What is your first name”, pertanyaan template yang sering dipkaia petugas imigrasi.

Saya lapar. Siang hari hanya makan cokelat dan minum air mineral. Karena ini LCC, tidak ada makanan di pesawat, kecuali beli diatas pesawat, yang menurut saya makanan tidak sesuai selera. Waktu menunjukkan jam hampir jam 9 malam. Wow, ternyata perlu waktu sekitar 1.5 jam keluar dari pesawat hingga melewati counter imigrasi dan ambil bagasi.

Saya hanya punya uang USD dan Euro. Perlu money changer untuk sedikit Lira Turki. Seperti di airport pada umumnya, nilai tukar money changer memang buruk. Saya memillih hanya menukar 25 Euro, untuk keperluan beli tiket bus dan sedikit makanan. 1 Euro setara dengan 2.7 Lira Turki. Sesuai petunjuk google sebelum take off di Eindhoven, saya perlu beli 14 Lira untuk tiket bus dari airport ke Taksim, sebuah wilayah di Istanbul sejauh 50an kilometer.

Oke, berarti selanjutnya adalah beli tiket bus. Begitu keluar airport, kejutan kedua: antrian panjang menuju bus ^….^

Setelah bertanya ke beberapa orang, ternyata itu benar antrian penumpang ke bus menuju Taksim. Okeee,,, ditengah hujan gerimis harus siap-siap antri. Sebelum antri, sebaiknya beli makanan dan minuman, karena perut sudah keroncongan.

Menunggu 40 menit, alhamdulillah sekitar jam 10, saya sudah berada di dalam bus. Perjalanan dari airport ke Taksim butuh waktu sekitar satu jam. Sepanjang perjalanan, hujan gerimis turun. Sepertinya tahun baru kali ini akan berada dalam cuaca kurang mendukung. Jam 11 malam, saya sudah sampai Taksim. Tidak berapa lama, bertemu dengan teman lama yang sudah tidak bertemu 4 tahun.

(bersambung)

2 Comments → “Liburan ke Turki (1)”


  1. siluman ambon

    9 years ago

    mantap…

    Reply

    • admin

      9 years ago

      trims @siluman ambon

      Reply

Leave a Reply

© 2024 ARIP MUTTAQIEN.