Good governance bukan kosakata baru. Terminologi good governance bisa diaplikasikan dalam sektor pemerintahan, swasta, bahkan sektor ketiga. Dalam beberapa studi mengindikasikan direct relationship antara good governance, stable government, dan sosial-ekonomi lebih baik, yang bisa diukur dari (sebagai contoh) pendapatan perkapita, infant mortality yang lebih rendah, dan angka melek huruf tinggi. Kecenderungan hari ini, dunia lebih mengarah pada peningkatan good governance dibandingkan satu atau dua dekade lampau.
Daniel Kaufman, Aart Kraay, & Pablo Zoido-Lobatón menulis paper berjudul “Governance Matters“, dipublikasikan World Bank (Oktober 1999). Dengan data cross-section lebih dari 150 negara dan lebih dari 200 indikator dari berbagai sumber, diperoleh korelasi kuat antara good governance dan outcome pembangunan yang lebih baik. Ukuran ini diberi nama “aggregating governance indicators”, terdiri dari enam komponen, yaitu:
Selanjutnya, diperoleh ukuran yang akhirnya disebut Worldwide Governance Indicators (WGI). WGI bukan segala-galanya. Namun WGI setidaknya memberikan gambaran bagaimana perbandingan berbagai negara dalam mengelola negara masing-masing. Bagaimana tingkat governance masing-masing negara. Bagaimana akuntabilitas, stabilitas politik, efektifitas pemerintahan, rule of law, hingga hambatan peraturan.
Percentile Ranking of Indonesia
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Grafik diatas menunjukkan informasi tentang kondisi Indonesia dari enam indikator. Grafik diatas digambarkan dalam bentuk percentile ranking, mulai dari 0 (paling buruk) dan 100 (paling baik). Misal, percentile ranking 50 berarti negara tersebut berada pada percentile 50 %, atau kelompok tengah. Anggap saja ada 150 negara, maka negara itu adalah ranking ke-75.
Data dari tahun 1998 hingga 2010, beberapa indikator cenderung meningkat, seperti: control of corruption, political stability & absence of violence, voice accountability, dan government effectiveness. Indikator rule of law dan regulatory quality cenderung stagnan. Dari enam indikator, terlihat sejak tahun 2004 terdapat tiga indikator dengan performance buruk, yaitu rule of law, control of corruption, dan political stability. Tiga indikator ini lebih buruk dibanding dengan tiga indikator lain: voice accountability (yang berubah menjadi lebih terbuka setelah reformasi), government effectiveness (mengalami perbaikan dalam satu dekade), dan regulatory quality (cenderung stagnan).
Tiga indikator yang perlu dapat perhatian utama adalah rule of law (cenderung stagnan dalam satu dekade), control of corruption (mengalami peningkatan, namun turun dalam dua tahun terakhir), dan political stability & absence of violence (cenderung naik, namun turun dalam setahun terakhir). Hal yang menarik, ketika rule of law turun ternyata control of corruption cenderung turun. Dua indikator ini punya konvergensi menarik. Logic! Political stability & absense of violence terlihat masih buruk. Stabilitas politik memang lebih baik dibanding satu dekade lalu. Namun yang perlu digarisbawahi, negara yang jelas-jelas punya kekuasaan belum mampu melindungi warga negara dari kekerasan. Faktor ini mungkin penyebab indikator ini selalu diranking paling bawah.
Yang menarik adalah membandingkan Indonesia dengan BRIC (Brazil, Russia, India, China). Komparasi dengan BRIC lebih apple-to-apple daripada (misal) membandingkan Indonesia dengan Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Belanda, Prancis.
NEGARA | POPULASI* (Juta) | LUAS (Juta Km2) | GDP ($ Milyar) | GDP/Kapita |
---|---|---|---|---|
Indonesia | 238 | 1.9 | 846 | 3508 |
Brazil | 192 | 8.5 | 2493 | 12788 |
Russia | 143 | 17 | 1850 | 12993 |
India | 1210 | 3.29 | 1676 | 1388 |
China | 1340 | 9.64 | 7298 | 5413 |
Keterangan: * Data sensus terakhir
Bagaimana perbandingan good governance pada lima negara ini? Indikator pertama yang dibandingkan adalah political stability & absense of violence.
Grafik Governance Indicator: Political Stability & Absence of Violence
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor political stability & absence of violence, Brazil dan China paling baik. Indonesia, Russia, dan India relatif lebih buruk. Brazil cenderung negara stabil dan tidak ada gonjang ganjing politik seperti India. India sebagai negara demokrasi terbesar, kerapkali terjadi gejolak politik di negeri itu. Tidak mengherankan jika China adalah negara yang paling stabil karena kontrol pemerintah pusat terhadap politik sedemikian besar. Russia hampir sama dengan Indonesia. Russia baru saja menggelar pesta demokrasi, yang diindikasikan terjadi kecurangan. Ini menandakan bahwa Russia belum punya iklim demokrasi yang stabil.
Grafik Governance Indicator: Rule of Law
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor rule of law, India, Brazil, dan China relatif lebih baik dibanding Indonesia dan Russia. Brazil dan India memiliki rule of law yang paling baik dibanding tiga negara lain. China berada pada posisi medium. Yang paling parah, Indonesia dan Russia adalah dua negara dengan kondisi rule of law yang paling buruk dibanding tiga negara lain.
Grafik Governance Indicator: Control of Corruption
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor control of corruption, Brazil berada pada posisi terbaik. India, China, dan Indonesia cenderung berada pada posisi medium. Russia adalah negara terburuk dalam pemberantasan korupsi. Sebagai perbandingan adalah data corruption perception index dari Transparency International. Data tahun 2011 menunjukkan bahwa Russia berada pada ranking ke-143 dengan skor 2,4. Indonesia berada pada ranking ke-100 dengan skor 3,0. India pada ranking ke-95 dengan skor 3,1. China pada ranking ke-75 dengan skor 3,6. Brazil berada pada ranking ke-73 dengan skor 3,8. Komparasi dua sumber ini untuk memperjelas gambaran pemberantasan korupsi pada lima negara.
Grafik Governance Indicator: Voice & Accountability
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor voice & accountability, Brazil dan India adalah dua negara terbaik. Dapat disimpulkan bahwa Brazil dan India memiliki kebebasan berpendapat lebih baik, partisipasi publik yang lebih baik, dan kebebasan media yang lebih terjamin. Indonesia berada dibawah Brazil dan India. Rusia jauh berada dibawah Indonesia. China adalah negara terburuk dalam indikator voice & accountability.
Grafik Governance Indicator: Government Effectiveness
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor government effectiveness, China, Brazil, dan India berada pada posisi atas. Ini menunjukkan efektifitas pemerintahan tiga negara tersebut lebih baik dibanding Indonesia dan Russia. Tidak heran jika China punya efektivitas besar karena kontrol pemerintah pusat yang kuat dan sistem politik yang stabil. Indonesia yang terpisah dengan lautan dan Russia dengan daratan terluas di dunia, tentu faktor ini berpengaruh pada efektifitas pemerintahan. Belum lagi jika melihat masalah institusi pemerintahan.
Grafik Governance Indicator: Regulatory Quality
Sumber: Worldwide Governance Indicators
Pada faktor regulatory quality, Brazil berada pada ranking terbaik dibanding empat negara lain. Selanjutnya China berada dibawah Brazil. Tiga negara lain: Indonesia, India, dan Russia, berada pada ranking bawah.
Menarik membandingkan lima negara ini. Sebagai rangkuman, tabel dibawah ini menunjukkan posisi dari lima negara.
INDIKATOR | RANKING ATAS | RANKING MEDIUM | RANKING BAWAH |
---|---|---|---|
Political stability & absence of violence | Brazil | China-Indonesia-Russia | India |
Rule of law | Brazil-India | China | Indonesia-Russia |
Control of corruption | Brazil | India-China-Indonesia | Russia |
Voice & accountability | Brazil-India | Indonesia | Russia-China |
Government effectiveness | China-Brazil-India | Indonesia-Russia | |
Regulatory quality | Brazil | China | Indonesia-India-Russia |
Apa kesimpulan dari data diatas? Brazil cenderung menempati posisi terbaik dibandingkan dengan empat negara lain. Russia cenderung berada pada posisi terburuk dibandingkan empat negara lain. Padahal Russia adalah negara bekas Uni Soviet yang jelas punya potensi kekuatan besar sebagai bekas negara adidaya. Namun apa dikata, setelah Uni Soviet runtuh, negara ini makin lama makin turun. Baru sejak dekade tahun 2000an, Russia mulai bangkit sejak Vladimir Putin menjadi pemimpin negara ini. Tapi tidak sedemikian mudah memperbaiki good governance. Russia membentang dari Eropa Timur hingga Siberia dengan keragaman etnik tinggi.
Jika Indonesia ingin belajar good governance pada negara yang lebih apple-to-apple, belajarlah pada Brazil. Brazil menunjukkan kemajuan pesat dan mulai bermain dalam skala global. Dengan GDP per kapita lebih dari $ 12.000, penduduk Brazil berada pada fase lepas landas. Pada tiga dekade terakhir, ekonomi Brazil tumbuh pesat, meskipun tidak secepat China. Faktanya, Brazil adalah pemimpin di Amerika Latin.
Beberapa perusahaan dari Brazil mulai bermain dalam skala global. Perusahaan seperti Petrobras pasti cukup dikenal oleh telinga kita. Pertamina mungkin bisa belajar dari Petrobras yang berhasil mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
China jelas bukan contoh bagus untuk urusan good governance, walaupun dalam dekade ini China menunjukkan dominasi perekonomian. Ketiadaan demokrasi, kebebasan berpolitik, dan kebebasan pers jelas menjadi faktor yang membedakan Indonesia dan China. Tentu lebih mudah mengontrol institusi dengan iklim terbatas daripada mengontrol institusi dalam iklim demokrasi. Iklim demokrasi di Brazil cukup bagus sebagai negara demokrasi. Pelan-pelan, kekuasaan militer dalam politik mulai dikurangi semenjak dekade 1970, diganti dengan pemerintahan sipil yang lebih demokratis.
Selanjutnya, segera benahi good governance. Institution matters ! Hari ini kecenderungan banyak negara menuju iklim good governance. Dan institusi punya peran penting untuk kemajuan sebuah negara.